-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Gen Z dan Transformasi Pergerakan.

Thursday, December 25, 2025 | December 25, 2025 WIB Last Updated 2025-12-26T06:55:54Z

Phihaniar Insaniputri

 

Lahir di era digital menjadikan gen Z tumbuh besar dengan layar. Mereka lekat dengan jejaring media sosial sehingga dunia mereka terasa lebih luas dan tidak terbatas. Kemudahan untuk mendapatkan informasi hanya dengan ketukan jari memiliki andil dalam pembentukan pola pikir dan persepsi mereka. Mereka menjadi generasi yang lebih peka terhadap isu-isu terkini, lebih bisa menerima keberagaman dan lebih kritis dalam melihat suatu permasalahan. Sungguh ini adalah suatu potensi besar karena mereka berani dalam menyuarakan suatu ketidakpuasan. Menariknya mereka menyuarakan ketidakpuasan ini melalui gaya baru yang kreatif, yaitu media sosial.


Hal ini terlihat pada Agustus 2025 yang lalu, ketika masyarakat kompak menyuarakan kritik terhadap bobroknya pemerintahan negara. Protes masyarakat tidak hanya terlihat di jalanan berbagai kota, tapi juga di udara. Melalui bantuan media sosial, gerakan protes ini hadir dalam bentuk tagar, foto dan video. Dikemas dalam bentuk narasi kreatif yang mudah diterima oleh masyarakat awam dari berbagai generasi dan kalangan. Keterampilan mereka dalam memanfaatkan teknologi digital dan melakukan komunikasi online telah mengubah wajah aktivisme politik. Gen Z telah mengubah platform media sosial tidak hanya sekedar untuk mengekspresikan diri tapi juga untuk menyuarakan kebenaran.


Kegiatan aktivisme digital pun semakin massif karena generasi muda melihat ini sebagai bentuk kepedulian. Tentu saja fenomena ini begitu menginspirasi karena begitu banyak hal yang perlu dikritisi saat ini, mulai dari hancurnya kepemimpinan, rusaknya lingkungan, dan keserakahan yang semakin dipertontonkan. Ini semua butuh perbaikan, dan perbaikan itu butuh kesadaran. Disinilah peran penting generasi muda yang memahami platform digital dan bisa mengubahnya menjadi katalisator perubahan melalui narasi-narasi lugas yang bisa menggerakkan bukan hanya dijalanan tapi juga di udara.


Hanya saja, efektivitas dari aktivisme digital ini masih perlu ditelusuri lebih mendalam. Walaupun banyak pergerakan digital melalui tagar yang kemudian berhasil memobilisasi massa untuk turun ke jalanan, keberlanjutan dari ide atau narasi yang disuarakan masih belum terlihat. Terbukti dari meredupnya gerakan 17+8 Tuntutan Rakyat yang sempat memenuhi timeline media sosial pasca aksi besar-besaran Agustus silam. Semakin hari semakin banyak masyarakat yang lupa akan tuntutan ini sehingga energi public yang begitu kuat pada hari pertama perlahan menjadi semakin lemah.


Inilah yang menjadi kritik dari aktivisme digital gen Z. Mereka cenderung fokus pada gerakan pragmatis yang memberikan hasil cepat dan terlihat, seperti meramaikan tagar, membuat petisi online atau membuat narasi-narasi kreatif. Fazrina, Safitri dan Sujarwo (2025) menyebutnya sebagai slacktivism atau aktivisme dangkal, karena aktivisme digital ini seringnya dilakukan tanpa adanya gerakan yang terstruktur, komitmen yang mendalam ataupun strategi yang berkelanjutan. Sehingga pada akhirnya gerakan ini berhenti hanya pada aktivitas membagikan tagar dan informasi di media sosial yang kemudian menghilang karena terlupakan dan hanya menciptakan ilusi keterlibatan dan perubahan. Tidak terlihat dampak yang konkret di kehidupan nyata, karena mereka tidak memahami arah pergerakan ini.


Padahal dalam Sejarah pemuda adalah agen perubahan yang tidak hanya sekedar menggerakkan tapi juga menyadarkan, sehingga terlihat dampak yang nyata. Gen Z memiliki potensi untuk menjadi pemimpin perubahan. Oleh karena itu gerakan mereka harus diarahkan, agar tidak menjadi gerakan yang pragmatis tapi solutif. Gerakan yang berani menantang akar masalah, tidak sekedar menari di atas permukaan, sehingga bisa menciptakan perubahan yang menyeluruh. Perubahan revolusioner bukan sekedar rotasi kekuasaan. Mencabut sumber masalahnya yaitu sistem kehidupan kapitalisme yang rusak sedari awal dan gagal melindungi serta menyejahterakan manusia.


Perubahan hakiki itu tentu tidak bisa hanya dengan mengandalkan pendapat sendiri karena sarat dengan keterbatasan dan ambisi duniawi. Perubahan hakiki membutuhkan tuntunan Ilahi. Allah menurunkan Islam beserta hukum syariat sebagai tuntunan manusia di dunia, sehingga untuk meraih perubahan yang hakiki adalah dengan kembali kepada Islam, memegang kuat syariat dan menerapkannya dalam setiap lini kehidupan. Allah Subhnallahuwata’ala berfirman : “….Sesungguhnya yang berhak membuat hukum itu Allah…” (TQS. Yusuf : 40).


Oleh karena itu, kini saatnya para pemuda gen Z mengendalikan pergerakan dengan menjadikan syariat Islam sebagai kompasnya sehingga tercapai perubahan secara sistemis.

Wallahua’lam bishawab.

×
Berita Terbaru Update